Ketika Masaku Tak Lagi Kanak-Kanak

Ketika Anak-Anak Menjelma Dewasa dan Ibu Semakin Menua

It Is Okay Not To Be Okay

It Is Okay Not To Be Okay Eventhough You Are A Mother

Pergi Untuk Kembali

Pergilah, Untuk Kembali Tumbuh Menjadi Dirimu

Dandelion

Kebertahanan Hidup, Kenyamanan dan Kedamaian

#1. Tentang Selalu Ada dan Berdiri untuk Diriku Sendiri

Mencintai, Hadir Menerima dan Keterhubungan dengan Diri Sendiri

#2. Tentang Selalu Ada dan Berdiri untuk Diriku Sendiri

Sebuah Muara Kesadaran Kemana Seharusnya Keterhubungan Diri Terhubung

Rabu, 18 Januari 2023

Membangun Kesadaran Diri


Jangan jadi orang baik.
Jangan jadi orang bijak.
Jangan jadi orang benar.
Jangan jadi orang jahat.

Lalu, menjadi apa?

Jadilah manusia yang berkesadaran dan menyadari hakikat keberadaan dirinya.

Tanpa kesadaran, manusia tidak akan bisa melihat, mengamati dan merasakan kebaikan, kebijaksanaan, kebenaran dan kejahatan secara jernih-jelas-murni-seimbang didalam diri ataupun luar dirinya.

Tanpa kesadaran, di semesta raya ini, yang ada hanya pembiasan dari nilai-nilai kebaikan, kebijaksanaan, kebenaran dan kejahatan yang dikendalikan oleh jejaring hawa nafsu.

Kesadaran akan membawa manusia pada kemampuan melihat, mengamati, merasakan kebaikan, kebijaksanaan, kebenaran dan kejahatan didalam dirinya sebelum ia melihat, mengamati, merasakan dan menghakimi dunia luarnya.

Kesadaran akan memudahkan manusia terhubung dengan dirinya sendiri, jeli mengamati setiap gerak-gerik hidupnya, dan mengubah apa yang perlu diubah dari dirinya sebelum ia mati-matian mengubah hal-hal yang berada diluar dirinya.

Kesadaran merupakan titik awal manusia mengenali semesta kecil dalam dirinya sebelum ia beroleh pemahaman tentang semesta yang lebih besar diluar dirinya.

Kesadaran merupakan langkah awal perjalanan transformasi dan evolusi spiritual manusia baik sebagai individu maupun bagian kesatuan dari semesta raya.

Jadi?

Ya.

Jadilah manusia yang sadar dan berkesadaran.
Manusia yang terus belajar membangun kesadaran dirinya.


-V.E.P, 18.01.23

Jumat, 13 Januari 2023

#10. Surat Untuk Diriku Tentang Berita Hari Ini



Hai, Vinny Erika Putri.
Mengawali dialog kita di tahun 2023, aku ingin menanyakan bagaimana kabarmu? Aku tak bisa menerka dengan tepat samar perasaanmu. Hanya saja, aku merasakan sesuatu yang berbeda darimu. Apakah kau tengah berlindung dan menyembunyikan diri di ruang sunyi tempatmu menyembuhkan luka-luka seperti tahun-tahun terberat yang pernah kau alami?
Kabarku? Entahlah. Kau tahu? Aku memulai kembali suatu perjalanan dimana aku membuang kepercayaan yang kupunya pada orang-orang yang sungguh-sungguh kupercayai. Suatu perjalanan dimana aku hanya melihat diriku sendiri sebagai satu-satunya manusia yang bisa kupercayai untuk membersamai hidupku tanpa batas waktu.

Hai, Vinny Erika Putri.
Apakah kau tengah mengalami kekecewaan atau rasa sakit karena kepercayaanmu dihancurkan oleh orang-orang yang sungguh-sungguh kau percayai? Seperti peristiwa berkesudah yang beberapa kali terjadi dalam hidupmu?
Kekecewaan? Semestinya, sejak aku memutuskan untuk menjadi manusia tanpa ekspektasi dan keinginan, kekecewaan adalah hal yang remeh bagiku bukan? Jikapun aku pernah merasakan kekecewaan, mungkin karena aku sempat menginginkan sesuatu dan meletakkan ekspekstasi yang tinggi terhadapnya. Lagipula, aku juga berterima kasih pada setiap kekecewaan yang hadir. Kekecewaan, selalu berujung mengingatkanku pada kisah manusia tanpa ekspektasi dan keinginan.
Lantas, soal rasa sakit? Jikapun, rasa sakit sempat kurasakan, bersyukurlah aku, artinya, aku masih menjadi manusia berperasaan. Lagipula, aliran rasa sakit selalu bermuara pada ritual memaafkan diri sendiri untuk kemudian aku bertumbuh dan bertransformasi darinya.

Hai, Vinny Erika Putri.
Jika kau tak ada lagi orang-orang yang bisa kau percayai, apakah kau benar-benar bisa menjalankan hari-harimu dengan ringan? Apakah hidupmu tidak akan menjadi lebih berat?
Berat? Tidak. Justru aku sedang memperingan apa yang kupikul selama menjalani hidup. Tidak mempercayai orang-orang, memudahkanku menjalankan proses pelepasan. 
Ya. Pelepasan atas apa yang selama ini kuyakini sebagai tanggung jawab hidup. Pelepasan atas apa yang kugenggam dan kuanggap sebagai takdir kepemilikan. Pelepasan atas keterikatan diri pada sesuatu yang fana.

Hai, Vinny Erika Putri.
Dengan menjalani hidup yang semacam itu, bukankah kau nantinya akan merasakan kekosongan yang panjang dalam kesendirian? Hidup akan memberimu kehidupanmu yang lebih dingin dari suhu terdingin di sudut bumi terdingin.
Tidak. Aku tetap merasakan nadi kehidupanku berdenyut dalam kesendirian. Rasa sakit atas semua peristiwa yang pernah kualami, mengajariku satu dari sekian banyak hal yang kuterima dan tertanam kuat dalam diriku. Kesendirian adalah obat penawar. Kesendirian, membawaku menemukan ruang sunyi. Dalam ruang sunyi, aku beroleh pemahaman bahwa diriku sendirilah satu-satunya manusia yang melihat, mengamati, dan merasakan bagaimana jiwaku hancur lebur, remuk redam, sekarat nyaris mati oleh banyak peristiwa yang ditimbulkan orang-orang terhadapku ... sampai semesta sendirilah yang memutuskan untuk jiwaku mati atau tetap hidup dengan cara yang kupilih.
Dengan membuang kepercayaanku pada orang-orang, aku lebih bisa melihat, mengamati dan merasakan bagaimana cara semesta membawa batinku memandang Tuhan. Pula merasakan bagaimana Tuhan menolongku ditengah-tengah kehancuran yang bersiap-siap membunuh jiwaku.  
Aku, ingin melihat, mengamati dan merasakan bagaimana Tuhan membuat hidupku lebih hangat ketika aku tak lagi memiliki kepercayaan pada orang-orang dan menjadikan-Nya satu-satunya tempatku bergantung.

 

-Vinny Erika Putri, 13.01.23