Lalu, aku berhenti mencari. Untukmu yang masih entah, aku memilih menanti. Menantimu sembari kembali mengumpulkan remah-remah harap yang tercecer.
Kulewati hari-hari dengan tangguh. Tertawa-tawa bersama malaikat-malaikat kecil milik orang lain saat mentari menggagah hingga senja menjelang. Dan mengakrabi sunyi dengan aksara-aksara kala rembulan melipat mentari.
Aku terus menantimu. Sembari melawan mimpi tentang luka-luka masa lalu yang terkadang menghampiri tanpa kuingini. Mimpi yang kerap nyalang menantang tangguh yang kubangun berpayah-payah.
Aku
terus menantimu. Sembari aku menyulam senyum kepada orang-orang yang
menanyakan kapan separuh menjadi satu yang genap. Pula turut mengucap
bahagia kepada mereka yang telah menggenap layaknya rembulan purnama.
Aku terus menantimu. Sembari menggapai depa demi depa mimpi-mimpiku tanpa melupakan bahwa aku masih menantimu. Menantimu untuk kau jadikan aku tujuan. Ya. Tujuan. Bukan persinggahan seperti manusia dari jenismu yang berkesudah.
Untukmu yang masih entah, aku terus menantimu. Dengan harap yang mulai berdarah.
-Vinny Erika Putri, 07.03.15