Hai, apa kabarnya, kalian? Bagaimana 3 hari ini dengan suasana baru? Apakah guru-guru yang baru juga menyenangkan? Apakah kalian bertanya tentangku yang tak lagi terlihat di tempat kalian bermain? Ah, mungkin kalian menanyakan hal itu. Mungkin juga keheranan. Tapi... kurasa ini tidak akan lama. Karena seiring berjalannya waktu, kalian mampu beradaptasi dengan sendirinya melalui bimbingan orang-orang dewasa di sekitar kalian.
Anak-anak?
Ketika aku masih merindukan kalian, masih mengingat kalian... aku tidak tahu, apakah di kepala kalian masih menyimpan memori tentangku. Karena dunia kalian sangatlah unik. Kalian tidak akan berlarut-larut dalam kesedihan. Pertengkaran yang menimbulkan kemarahan mampu kalian lupakan begitu saja ketika telah mendapat penyelesaian. Dan tidak ada kehilangan secara mendalam selama dekapan hangat orang tua masih melindungi kalian.
Anak-anak?
Ketika bahkan aku meridukan kalian hingga detik ini dan merasakan ada rongga kosong di dadaku, kalian tetap anak-anak yang tak pernah hilang keceriaannya. Kalian tetaplah akan baik-baik saja karena dunia kalian tetaplah dunia anak-anak. Bukan dunia orang dewasa yang begitu dalam merekam kehilangan karena telah mengerti rasa dan makna kehilangan.
Anak-anak?
Meski kalian tidak terlahir dari rahimku, membersamai kalian adalah anugerah yang tak bisa kunilai dengan apapun. Dan karena itu, aku bersyukur kepada-Nya. Tapi, seberapa lama pun aku di sisi kalian, aku menyadari satu hal: kalian tidak terlahir dari rahimku. Hak asuh kalian bukan padaku. Darahku tidak mengalir dalam darah kalian. Pada akhirnya, kalian akan pergi dan menjadi potongan kenangan dalam kepalaku.
Anak-anak?
Aku pergi dengan langkah yang begitu berat. Aku tidak bisa lagi bertahan di atap yang sama bersama kalian karena beberapa hal. Beberapa hal yang merupakan urusan dunia orang dewasa. Urusan di mana tumbukan-tumbukan yang terjadi di dunia orang dewasa tidak sesederhana dunia kalian, dunia anak-anak.
Anak-anak?
Malam ini tak seperti malam kemarin. Saat mengingat kalian, kubiarkan bulir-bulir di mataku meluruh.
Anak-anak?
Aku hanya perlu waktu, untuk terbiasa tanpa kalian. Aku hanya perlu waktu untuk membuka hati bagi anak-anak lainnya di tempat yang baru. Aku hanya perlu waktu, untuk mengingat kalian tanpa sebuah tangis ketika rindu ini mendera hati. Kita tidak bisa bertemu setiap hari di atap yang sama. Tapi, ketika kalian keluar, melihat langit yang memayungi bumi, kalian akan menemukanku. Karena aku akan selalu menatap langit yang sama dengan kalian. Kalian akan selalu mendapatkan tempat dalam duniaku.
VEP, Cirebon, 190717