Ketika Masaku Tak Lagi Kanak-Kanak

Ketika Anak-Anak Menjelma Dewasa dan Ibu Semakin Menua

It Is Okay Not To Be Okay

It Is Okay Not To Be Okay Eventhough You Are A Mother

Pergi Untuk Kembali

Pergilah, Untuk Kembali Tumbuh Menjadi Dirimu

Dandelion

Kebertahanan Hidup, Kenyamanan dan Kedamaian

#1. Tentang Selalu Ada dan Berdiri untuk Diriku Sendiri

Mencintai, Hadir Menerima dan Keterhubungan dengan Diri Sendiri

#2. Tentang Selalu Ada dan Berdiri untuk Diriku Sendiri

Sebuah Muara Kesadaran Kemana Seharusnya Keterhubungan Diri Terhubung

Rabu, 19 Juli 2017

#2. Anak-anak?



Anak-anak?
Hai, apa kabarnya, kalian? Bagaimana 3 hari ini dengan suasana baru? Apakah guru-guru yang baru juga menyenangkan? Apakah kalian bertanya tentangku yang tak lagi terlihat di tempat kalian bermain? Ah, mungkin kalian menanyakan hal itu. Mungkin juga keheranan. Tapi... kurasa ini tidak akan lama. Karena seiring berjalannya waktu, kalian mampu beradaptasi dengan sendirinya melalui bimbingan orang-orang dewasa di sekitar kalian.

Anak-anak?
Ketika aku masih merindukan kalian, masih mengingat kalian... aku tidak tahu, apakah di kepala kalian masih menyimpan memori tentangku. Karena dunia kalian sangatlah unik. Kalian tidak akan berlarut-larut dalam kesedihan. Pertengkaran yang menimbulkan kemarahan mampu kalian lupakan begitu saja ketika telah mendapat penyelesaian. Dan tidak ada kehilangan secara mendalam selama dekapan hangat orang tua masih melindungi kalian.

Anak-anak?
Ketika bahkan aku meridukan kalian hingga detik ini dan merasakan ada rongga kosong di dadaku, kalian tetap anak-anak yang tak pernah hilang keceriaannya. Kalian tetaplah akan baik-baik saja karena dunia kalian tetaplah dunia anak-anak. Bukan dunia orang dewasa yang begitu dalam merekam kehilangan karena telah mengerti rasa dan makna kehilangan.

Anak-anak?
Meski kalian tidak terlahir dari rahimku, membersamai kalian adalah anugerah yang tak bisa kunilai dengan apapun. Dan karena itu, aku bersyukur kepada-Nya. Tapi, seberapa lama pun aku di sisi kalian, aku menyadari satu hal: kalian tidak terlahir dari rahimku. Hak asuh kalian bukan padaku. Darahku tidak mengalir dalam darah kalian. Pada akhirnya, kalian akan pergi dan menjadi potongan kenangan dalam kepalaku.

Anak-anak?
Aku pergi dengan langkah yang begitu berat. Aku tidak bisa lagi bertahan di atap yang sama bersama kalian karena beberapa hal. Beberapa hal yang merupakan urusan dunia orang dewasa. Urusan di mana tumbukan-tumbukan yang terjadi di dunia orang dewasa tidak sesederhana dunia kalian, dunia anak-anak.

Anak-anak?
Malam ini tak seperti malam kemarin. Saat mengingat kalian, kubiarkan bulir-bulir di mataku meluruh. 

Anak-anak?
Aku hanya perlu waktu, untuk terbiasa tanpa kalian. Aku hanya perlu waktu untuk membuka hati bagi anak-anak lainnya di tempat yang baru. Aku hanya perlu waktu, untuk mengingat kalian tanpa sebuah tangis ketika rindu ini mendera hati. Kita tidak bisa bertemu setiap hari di atap yang sama. Tapi, ketika kalian keluar, melihat langit yang memayungi bumi, kalian akan menemukanku. Karena aku akan selalu menatap langit yang sama dengan kalian. Kalian akan selalu mendapatkan tempat dalam duniaku.

VEP, Cirebon, 190717



#1. Anak-anak?



Anak-anak?
Menyenangkan. Sekalipun ada kejengkelan-kejengkelan saat membersamai mereka, tetap tak mengubah kata itu: menyenangkan. Karena, saat tak ada mereka di sisi kita, kejengkelan-kejengkelan itu menjadi sesuatu yang dirindukan.

Anak-anak?
Meskipun kita bisa bermain bersama-sama mereka ... ada bagian dunia yang tetap menjadi milik mereka. Dunia yang tidak bisa orang dewasa masuki sepenuhnya. Mungkin, kita hanya melihatnya di ambang pintu atau berada di sekitarnya tanpa bisa meraih dunia mereka, sekalipun kita telah membuat diri kita menjadi kekanakkan. Mengapa? Karena dunia kita adalah dunia orang dewasa. Tapi, setidaknya, kesediaan kita meluangkan waktu untuk bermain bersama mereka, memahami mereka dan memberikan mereka kasih sayang tulus... telah membuat mereka menempatkan kita dalam dunianya, dalam kepalanya.

Anak-anak?
Setiap babak yang mereka lewati, semuanya mampu melemparkan ingatan kita pada fase-fase yang melahirkan kerinduan. Ketika mereka masih begitu bergantung pada kita, betapa kita merasakan keberadaan kita sangat berarti dan begitu penting. Ketika mereka mulai tumbuh dewasa, betapa kita merasakan, ada air mata dan tumbukan-tumbukan emosi yang entah berapa banyak bergulir dalam perjuangan membersamai mereka.

Anak-anak?
Mereka alasan orang tua untuk tidak menyerah menghadapi hidup yang tak selalu manis. Mereka satu paket yang mengharuskan para orang tua mengambilnya sekaligus: air mata dan tawa.

Anak-anak?
Terlahir dari rahim seorang wanita ataupun tidak, wanita yang tulus menyanyanginya akan berterima kasih. Karena merekalah yang mendewasakannya. Karena merekalah yang mengajarinya banyak hal. Karena merekalah hidupnya menjadi bermakna. Karena merekalah keberadaan dirinya menjadi berharga dan penting.

Anak-anak?
Terima kasih, untuk waktu 4,5 tahun. Waktu yang berharga. Dan menjadi kotak ingatan yang kusimpan dan kujaga baik-baik.

Anak-anak?
Aku tidak bisa berhenti untuk memahami dunia kalian. Daya tarik kalian terlalu kuat untukku menjauh. Meski tak lagi di atap yang sama, langit kita tetaplah sama.

Anak-anak?
Aku tak bisa lagi berkata-kata. Mataku terasa memanas. Seperti ada yang akan jatuh. Sebelum luas merebak lalu menyudut di ujung mata, kututup. Pergi merebahkan diri.

VEP, Cirebon, Dini Hari, 190717