Hai, Vinny Erika Putri.
Tahukah kau? Apa yang seringkali membuat kita menghakimi dan menyalahkan diri sendiri sebegitu kejam?
Ekspektasi dan keinginan diri yang tidak terwujud. Serupa harapan-harapan yang dikhianati oleh realita.
Hai, Vinny Erika Putri.
Tahukah kau? Apa yang acapkali membuat kita merasa sedemikian tersakiti dan terluka entah dengan orang-orang atau situasi-kondisi dunia eksternal kita?
Ekspektasi dan keinginan diri yang tidak terwujud. Serupa harapan-harapan yang dikhianati oleh realita.
Hai, Vinny Erika Putri.
Tahukah kau? Apa yang kerapkali membuat akal pikiran, hati dan jiwa silang sengkarut terlalu lama hingga mengeruh parah dan sulit menemukan titik keseimbangan diri?
Ekspektasi dan keinginan diri yang tidak terwujud. Serupa harapan-harapan yang dikhianati oleh realita.
Hai, Vinny Erika Putri.
Tahukah kau? Apa yang kerapkali membuat kedamaian batin bergejolak tak keruan di kedalaman sana?
Ekspektasi dan keinginan diri yang tidak terwujud. Serupa harapan-harapan yang dikhianati oleh realita.
Hai, Vinny Erika Putri.
Tahukah kau? Apa yang membuat hidup terkadang tak lagi terasa hidup dan kau tak lagi menginginkan nyawa?
Ekspektasi dan keinginan diri yang tidak terwujud. Serupa harapan-harapan yang dikhianati oleh realita. Lalu, aku harus bagaimana menghadapi hidup? Dimana ambisi segala macam keinginan dan ekspekstasi kerap hadir sebagai sesuatu yang manusiawinya manusia. Apakah aku harus mengubah diriku menjadi manusia tanpa ekspektasi dan keinginan? Terdengar seperti putus asa bukan?
Manusia tanpa ekspektasi dan keinginan? Bagus juga. Menurutku bukan putus asa. Lebih tepatnya, merujuk kepada melebarkan cakrawala batinmu menjadi sesuatu yang tak terukur keluasan dan kedalamannya. Dengan begitu, kau lebih mudah menerima semua pemberian-Nya baik suka cita maupun duka cita. Lainnya, langkahmu akan jauh lebih ringan bersebab tidak merasakan pikulan apapun di pundakmu.
Haha! Manusia tanpa ekspektasi dan keinginan, seolah aku ingin berlari dari kenyataan hidup yang tidak kuharapkan atau menghindar dari pukulan-pukulan yang terkadang membuat jiwaku jatuh dalam keadaan sekarat.
Bukan. Justru, manusia tanpa ekspektasi dan keinginan, tidak merasakan pukulan apapun karena telah mampu berdamai dengan dirinya sendiri dalam menghadapi hidup yang tak selalu terasa ramah.
Haha! Manusia tanpa ekspektasi dan keinginan, laksana mayat hidup yang berjalan sia-sia di muka bumi tanpa ambisi untuk menghidupi hidup dengan lebih baik.
Bukan. Justru, manusia tanpa ekspektasi dan keinginan, lebih cepat selesai dengan dirinya sendiri dan berlepas diri segala keterikatan dengan orang-orang, situasi dan kondisi dunia diluar dirinya. Akal pikiran, hati dan jiwanya merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri. Dia, tidak mudah limbung sekarat merasakan kehilangan bersebab dia sadar sesadar-sadarnya bahwa dia sendiri bahkan tidak memiliki dirinya. Dia tidak berkuasa atas hidupnya. Segala yang dijalani, segetir dan sesakit apapun adalah kehendak-Nya atas dirinya.
Manusia tanpa ekspektasi dan keinginan bukanlah mayat hidup yang berjalan sia-sia di muka bumi ini. Manusia semacam ini, telah paham cara mengendalikan atau melepaskan semuanya. Bahwa, tidak menganiaya dirinya sendiri dengan semua ekspektasi dan keinginan adalah caranya menjadi manusia bagi dirinya. Dan tidak meletakkan semua ekspektasi dan keinginan pada orang-orang diluar dirinya adalah caranya menjadi manusia yang memanusiakan orang lain.
Terakhir. Manusia tanpa ekspektasi dan keinginan, sangat paham bagaimana cara semesta-Nya bekerja dan telah sampai pada titik berserah kepada-Nya atas segala ketidakberdayaannya sebagai manusia yang tak bisa bergerak tanpa beroleh izin kuasa-Nya.
Hai, Vinny Erika Putri.
Apakah kau sudah cukup lega sekarang?
Cukup lega. Meski sebagai manusia, bisa saja aku melupakan kembali nasehat-nasehat ini. Maka dari itu, aku membutuhkanmu. Dirimu, yang berjaga di kedalaman batin sana.
Aku selalu berdiam di sini. Yang selalu menemanimu saat jatuh-hancur-menangis-menjerit hingga kembali bangkit. Aku ada, saat kau bernapas dengan tenang merasakan seluruh bagian dari dirimu sendiri. Saat kau melihat jauh kedalam batinmu tanpa penghakiman apa-apa, baik terhadap dirimu maupun dunia luarmu.
-Vinny Erika Putri, 26.01.22