Untukmu yang masih entah...
Ada sebuah puisi yang ingin kugelar malam ini
Lihat dan bacalah!
Aku melihat jiwaku di matanya
Ia melihat jiwaku di mataku
Aku merasakan perasaannya
Ia merasakan perasaanku
Aku mengerti apa yang ada di pikirannya
Ia mengerti apa yang ada di pikiranku
Saat aku merasakan kenyamanan, aku memeluknya
Saat ia merasakan kenyamanan, ia memelukku
Saat aku menyelamatkan hidupnya, ia memelukku
Saat ia menyelamatkan hidupku, aku memeluknya
Saat aku marah dan bertengkar dengannya, ia memelukku
Saat ia marah dan bertengkar denganku, aku memeluknya
Bahasa tubuhnya adalah bahasa tubuhku
Bahasa tubuhku adalah bahasa tubuhnya
Jiwa kami berada di frekuensi yang sama
Aku menangis, menggila, tertawa terbahak dan menjadi diriku sendiri di depannya
Ia menangis, menggila dan tertawa terbahak menjadi dirinya sendiri di depanku
Satu sama lain tidak pernah mencoba saling menjadi hakim untuk menuntut kesempurnaan
Satu sama lain adalah paruhan bulan yang bergabung menjadi purnama saat gelap malam membutuhkan cahaya
Waktu yang berjalan
Badai yang berkali-kali datang
Semakin mengikat erat jiwanya dan jiwaku
Saat dunia terasa kejam
Hatiku adalah rumah untuknya berlindung dan menenangkan diri
Hatinya adalah rumah untukku berlindung dan menenangkan diri
Jiwaku dan jiwanya saling bergenggaman memberi kekuatan
Aku adalah pasangan hidup, keluarga, sahabat, teman baginya
Ia adalah pasangan hidup, keluarga, sahabat, teman bagiku
Aku menamainya belahan jiwa
Ia menamaiku belahan jiwa
Untukmu yang masih entah...
Apakah aku terlalu bermimpi muluk?
Bagaimana denganmu?
Bisakah aku mempunyai hubungan semacam itu?
Aku merapal doa kepada-Nya untuk bisa memiliki hubungan semacam itu.
-Vinny Erika Putri, 27.08.18