Ketika Masaku Tak Lagi Kanak-Kanak

Ketika Anak-Anak Menjelma Dewasa dan Ibu Semakin Menua

It Is Okay Not To Be Okay

It Is Okay Not To Be Okay Eventhough You Are A Mother

Pergi Untuk Kembali

Pergilah, Untuk Kembali Tumbuh Menjadi Dirimu

Dandelion

Kebertahanan Hidup, Kenyamanan dan Kedamaian

#1. Tentang Selalu Ada dan Berdiri untuk Diriku Sendiri

Mencintai, Hadir Menerima dan Keterhubungan dengan Diri Sendiri

#2. Tentang Selalu Ada dan Berdiri untuk Diriku Sendiri

Sebuah Muara Kesadaran Kemana Seharusnya Keterhubungan Diri Terhubung

Sabtu, 29 September 2018

Semesta berbisik: Doa untuk Donggala




Hari berdiam di Jum’at 
Kala itu siang terasa ganjil
Seperti kesedihan yang entah
Dan rasa tak keruan yang tak bisa terukir kata-kata

Semesta tengah berbisik
Pada jiwa-jiwa yang peka
Ia memberi pertanda 
Samar ataupun jelas

Sore
Langit meneja, bermandikan semburat senja
Dengan keganjilan yang belum beranjak pergi
Dan kata-kata yang masih tak mampu berbicara padanya

Di sudut langit yang lain, petaka bersiap tiba
Tanah-tanah kejang bergetar
Laut bergemuruh, ombak mengganas
Lalu, sekejap, tumpah ruah menyapu apapun tanpa pandang bulu

Lintang pukang kehidupan terjadi
Teriakan minta tolong
Bibir-bibir yang merapal doa
Aroma kematian yang menguar tajam

Di belahan bumi lain, berjiwa-jiwa menyaksikan dari berita-berita
Ngilu terasa, perih menyayat, duka mengoyak

Seseorang, dalam ruang sunyi, yang menyembunyikan sengguk,
dengan mata yang basah, batinnya berkata,
“Siang itu, semesta tengah berbisik:
Doa untuk Donggala.”

Matanya kian sembab, batinnya kembali berkata,
“Ini adalah pelajaran bagimu agar tetap hidup dengan rasa syukur. Kau tidak tahu, bagaimana akhir hidupmu dan mudah bagi Tuhan mencabut segala nikmat yang telah diberikannya dalam waktu sekejap.”

Sengguk lirihnya kian tak beraturan, napasnya makin tersengal,  batinnya tak juga berhenti berkata-kata, “Sekalipun masalah mengeruhkan pikiranmu hingga membuat hidup kadang terasa bagai onggokan sampah... tetaplah cari rasa syukur itu agar kau tak kehilangan iman.”

Siang itu, semesta berbisik:
“Doa untuk Donggala”
“Doa untuk Donggala”
“Doa untuk Donggala”

Juga... peringatan baginya, untuk tetap mensyukuri hidup bagaimana pun keadaannya.

-Vinny Erika Putri, 30.09.18

Rabu, 19 September 2018

#1. Mbah, Bagaimana Kabarmu?



Mbah, bagaimana kabarmu di sana?
Mengapa kau tak sekalipun berkunjung menemuiku?
Aku menunggu hadirmu dalam mimpi-mimpiku
Apa yang kau tengah dapatkan di sana?
Kuberdoa... semoga nikmat kubur dari-Nya selalu melimpahimu

Mbah, bagaimana kabarmu di sana?
Bagaimana kehidupan alam di sana?
Hal apa saja yang kau lakukan di sana?
Apakah kau bisa melihat kami di sini dari sana?
Adakah pesan kebaikan dari-Nya untukku yang bisa kau sampaikan?

Mbah, bagaimana kabarmu di sana?
Pasak hidupku telah berkurang satu seiring kepergianmu
Kini, tersisa satu
Ialah ibuku, anakmu
Yang menjadi sumber teladanku
Sumber semangat hidupku untuk tetap menyala
Sumber ketegaranku dengan semua tanggung jawab yang kupikul beserta masa-masa sulit yang menyertainya

Mbah, bagaimana kabarmu di sana?
Aku rindu... sangat.

-V.E.P, Cirebon, 19.09.18