Ketika Masaku Tak Lagi Kanak-Kanak

Ketika Anak-Anak Menjelma Dewasa dan Ibu Semakin Menua

It Is Okay Not To Be Okay

It Is Okay Not To Be Okay Eventhough You Are A Mother

Pergi Untuk Kembali

Pergilah, Untuk Kembali Tumbuh Menjadi Dirimu

Dandelion

Kebertahanan Hidup, Kenyamanan dan Kedamaian

#1. Tentang Selalu Ada dan Berdiri untuk Diriku Sendiri

Mencintai, Hadir Menerima dan Keterhubungan dengan Diri Sendiri

#2. Tentang Selalu Ada dan Berdiri untuk Diriku Sendiri

Sebuah Muara Kesadaran Kemana Seharusnya Keterhubungan Diri Terhubung

Sabtu, 16 November 2013

Maaf Atas Nama Khilaf




Dua hari sebelum usiaku bertambah dan jatah hidupku berkurang, atas nama khilaf, seseorang muncul dengan sebuah kata 'maaf'. Muncul setelah sekian lama tak mengusikku. Setelah sekian lama aku tak lagi menangis dan telah tegak berdiri.

Akan kukatakan sesuatu. Dulu bagimu kata maaf itu begitu agung. Seringkali kau memarahiku bila kata maaf berulang terucap dari mulutku. Katamu, aku mudah sekali meminta maaf dan melakukan kesalahan. Tapi, aku kini tertawa. Kau gunakan maaf untuk alasan klise. KHILAF. Untuk seorang lelaki, kuacungkan jempol atas ketidaksanggupanmu memahami perbedaan antara khilaf dan pilihan.

Itu bukan khilaf. Itu pilihan. Kau memilih melakukannya. Melukai dengan sadar. Tanyalah pada ibumu, yang seorang perempuan, atas apa yang kau lakukan, bisakah kumaafkan dengan mudah?

Tapi, biarkan saja, meski kau tiba-tiba muncul pun, aku sudah tak sudi untuk kembali memerah air mata. Karena segala kenangan sudah tak memiliki makna, arti atau perasaan apapun. Kenangan beserta rasanya, telah lama mati dan terlupakan.