Pertama kali, yang terbayang dalam benakku adalah sekumpulan orang-orang yang bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan. Dan aku harus bisa mengandalkan diriku sendiri dengan segala potensinya di permulaan mengenali medan pekerjaan. Sebab, tidak semua orang mau membimbing, mengarahkan dan mengajari bagaimana bekerja di dalam sistem suatu perusahaan. Pekerjaan bukanlah dunia kuliah. Tapi dunia aplikasi yang memaksa kita mengandalkan potensi diri sendiri. Itu saja yang terpikirkan olehku.
Lalu, apa itu arti sebuah tim kerja?
Satu tahun pun berlalu, anak-anak di PAUD sekaligus daycare tempatku bekerja mulai membanyak. Aku bersejajar dengan rekan kerja yang lain mendampingi anak-anak sesuai kelompok usianya. Tarik-ulur emosi, silang pendapat, tukar pikiran mulai intens terbuka antar rekan kerja. Kedekatan emosi antar personil pun mulai terjalin. Biasanya, secara psikologis, orang yang berkarakter mirip, memiliki magnet yang (secara natural) akan mendekatkan satu sama lain. Kemudian, aku mulai berpikir, tim kerja bukan sekadar bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan. Tapi juga tempat kita berbagi pemikiran dan perasaan (bahkan terkadang keluh-kesah) tentang pekerjaan atas dasar rasa senasib sepenanggungan.
Selanjutnya, apa arti sebuah tim kerja untukku?
Dua tahun melangkah di jalan yang sama, banyak warna dan suasana yang terbangun. Lantas, aku mulai berpikir, tim kerja adalah keluarga kedua. Di mana kami sudah saling memahami kekurangan dan kekuatan masing-masing. Di mana kami mulai sering berkompromi untuk mencapai titik temu atau kesepakatan bila pendapat, tindakan, dan pemikiran setiap anggotanya tidak sealur. Di mana kami tidak merasakan jarak terbentang lebar dan tidak perlu lagi malu menutupi bagian dari kebiasaan-kebiasaan terburuk sekalipun. Adakalanya, kejengkelan-kejengkelan terjadi. Atau terjebak dalam kondisi-kondisi tertentu yang memancing kemarahan. Tapi dengan mudahnya kami tertawa-tawa kembali. Setiap merasakan tekanan dan tuntutan pekerjaan, kita sama-sama menggila demi menjaga kewarasan. Karena bila terlalu lama serius, akan terlihat tidak menyenangkan bagi anak-anak. Kita akan memberikan dunia yang muram bagi mereka bila itu terjadi.
Sekarang, apa arti sebuah tim kerja untukku?
Lalu, 3,5 tahun berlalu. Beberapa anggota tim potensial mulai pergi. Pekerjaan menekan kami lebih keras. Kritik tanpa solusi yang membangun semakin membanjir. Sistem seringkali lupa mengapresiasi, semakin memperbesar tuntutan dan mewajarkannya sebagai timbal balik dari gaji. Tanggung jawab yang bertumpu padaku semakin menggembung. Rumah terkadang kusulap menjadi kantor. Waktu untuk berkumpul dengan keluarga mulai kehilangan haknya. Segalanya mulai terasa tidak seimbang. Aku pun mulai merasa sama jenuhnya dengan mereka yang memilih pergi. Tapi, kucoba untuk tetap bertahan. Berharap segala bisa membaik.
Sedih, itu pasti. Meski beberapa anggota potensial pergi, kami masihlah keluarga yang tetap menjalin komunikasi dengan baik.
Aku limbung sesaat. Sebagai ujung tombak yang diamanahi untuk mengelola, butuh waktu untukku siuman dan menata kekuatan diri. Dengan tertatih-tatih aku tetap berjalan. Aku begitu merasakan, betapa tidak mudah mengikat tim baru dalam kekompakan. Seperti memulai dari nol. Begitu menguras tenaga, pikiran dan emosi.
Banyak kesalahan terjadi dalam situasi-kondisi yang serba baru. Selama proses adaptasi, idealisme yang sudah tertanam di sistem lembaga kerap kubenturkan dengan pemakluman-pemakluman yang menyesuaikan situasi-kondisi tersebut, terutama yang berkaitan dengan kebelum-pahaman anggota baru dengan sistem, pola dan cara kerja kami. Rasa keluarga kedua dalam bekerja sudah terpola dalam kepalaku. Kutahan kata-kata atas segala kesalahan terjadi sampai batas-batas tertentu. Kuberusaha memberikan contoh melalui tindakan terlebih dahulu sebagai cara pertama untuk mengingatkan dan memperbaiki kesalahan sekaligus bentuk aktif dari sebuah arahan.
Di waktu-waktu yang lain, kurangkul mereka. Kupendekkan jarak agar mereka tidak kaku memandangku seperti label yang tercantum dalam struktur organisasi lembaga. Terkadang, kuturunkan standarku setara dengan tingkat kedewasaan usia mereka. Aku berusaha masuk ke dalam dunia mereka untuk menyelami dan memahami bagaimana karakter mereka; apa kekuatan dan kelemahannya. Karena itulah yang nantinya akan membantuku untuk bisa mencapai tujuan-tujuan dari rencana-rencana yang telah dirancang lembaga.
Kuciptakan suasana "rumah" terlebih dahulu. Bukan kantor. Kuanggap mereka sebagai anggota keluarga baru sekaligus mitra. Pula melalui seni tarik-ulur memahami situasi-kondisi setiap personil, aku tahu kapan harus bersikap sebagai teman, mitra kerja atau pucuk komando dalam struktural organisasi. Itulah stimulus membangun kenyamanan kerja bagiku.
Kuciptakan suasana "rumah" terlebih dahulu. Bukan kantor. Kuanggap mereka sebagai anggota keluarga baru sekaligus mitra. Pula melalui seni tarik-ulur memahami situasi-kondisi setiap personil, aku tahu kapan harus bersikap sebagai teman, mitra kerja atau pucuk komando dalam struktural organisasi. Itulah stimulus membangun kenyamanan kerja bagiku.
Tidak mudah. Sangat tidak mudah. Ada air mata yang secara sembunyi-sembunyi mewarnai prosesnya. Dan aku tidak mengatakan ini sudah berhasil. Tapi... aku mulai merasakan hasilnya sedikit demi sedikit.
Sekarang, apa arti sebuah tim kerja untukku? Masih tetap keluarga kedua. Dan mungkin tetap begitu, sekalipun pada saatnya nanti aku juga akan memilih pergi dari atap yang menaungi kebersamaan kami...
Apa arti tim kerja?
Tim kerja bukanlah mesin, robot, sapi perah, alat keuntungan perusahaan atau sejenisnya. Karena yang seperti itu, cepat atau lambat suatu waktu akan menimbulkan pemberontakan. Bagai bom waktu yang siap meledak kapan saja. Memendekkan jarak antar anggota tim bukan berarti membiarkan diri kita dikontrol oleh orang lain atau menghilangkan ketegasan yang ada dalam diri. Tapi, setidaknya, secara alamiah dan halus, suasana kekeluargaan yang tercipta, akan mendorong masing-masing untuk berbuat maksimal sesuai dengan potensinya.
Apa arti tim kerja?
Tim kerja bukanlah mesin, robot, sapi perah, alat keuntungan perusahaan atau sejenisnya. Karena yang seperti itu, cepat atau lambat suatu waktu akan menimbulkan pemberontakan. Bagai bom waktu yang siap meledak kapan saja. Memendekkan jarak antar anggota tim bukan berarti membiarkan diri kita dikontrol oleh orang lain atau menghilangkan ketegasan yang ada dalam diri. Tapi, setidaknya, secara alamiah dan halus, suasana kekeluargaan yang tercipta, akan mendorong masing-masing untuk berbuat maksimal sesuai dengan potensinya.