Ingin kembali mengunjungi sebuah Panti Wreda dimana aku bertemu
seorang wanita "depresi" berkerudung. Usianya kuterka kira-kira
sekitar 3 tahun di atasku.
Menurut ibu-ibu yang sepanti dengannya, ia mengalami depresi berat
-yang menurut keluarganya- karena beban pekerjaan dan diselingkuhi oleh
tunangannya kemudian ditinggalkan. Dan ketika wanita itu mengamuk di
luar kamarnya acapkali diiringi ocehan-ocehan mengenai pekerjaan dan
laki-laki itu. Ia tidak pernah memukul ataupun menyakiti penghuni panti
lainnya, hanya mengoceh dan membanting barang-barangnya sendiri ketika
mengamuk.
Tapi, satu hal yang membuatku terenyuh dan menggelitik penasaranku
adalah pernyataan dari salah satu penghuni panti itu bahwa, "Setiap
keluar kamar, wanita itu selalu mengenakan jilbabnya. Ia tak pernah
melepas jilbabnya kecuali saat di kamar dan dalam posisi sendiri."
Keluarganya telah menyerah dan tak tahu harus berbuat apa kepadanya.
Duhai Ar-Rahiim ... berilah ia kebahagiaan, kesembuhan dan kesadaran.
Izinkan suatu waktu aku bisa merengkuh ia tuk mengerti isi hatinya.
Berbicara dari hati ke hati dengan mengedepankan kesamaan perasaan
sebagai wanita. Aku begitu ingin mengenalnya.
Entah ... sekalipun tak ada darah yang sama mengalir di tubuh kami.
Ada pedih yang turut kurasakan mendengar kisahnya. Dan tak terbesit rasa
takut wanita itu akan menyakitiku ketika kumendekat. Mungkin karena aku
memahami bagaimana ia mengeja perih dengan hatinya yang digenggam luka
tanpa bisa ia bagi pada sekelilingnya. Atau mungkin belum menemukan
orang yang sanggup memahami gelung lara hatinya.
Vinny Erika Putri, Cirebon, 011112.