Ketika Masaku Tak Lagi Kanak-Kanak

Ketika Anak-Anak Menjelma Dewasa dan Ibu Semakin Menua

It Is Okay Not To Be Okay

It Is Okay Not To Be Okay Eventhough You Are A Mother

Pergi Untuk Kembali

Pergilah, Untuk Kembali Tumbuh Menjadi Dirimu

Dandelion

Kebertahanan Hidup, Kenyamanan dan Kedamaian

#1. Tentang Selalu Ada dan Berdiri untuk Diriku Sendiri

Mencintai, Hadir Menerima dan Keterhubungan dengan Diri Sendiri

#2. Tentang Selalu Ada dan Berdiri untuk Diriku Sendiri

Sebuah Muara Kesadaran Kemana Seharusnya Keterhubungan Diri Terhubung

Minggu, 18 April 2021

#2. Life Path Number 4

 




Life path number atau disebut nomor jalan hidup karena menggambarkan life purpose atau tujuan hidup seseorang. Life Path Number menunjukan kemana arah minat, cita-cita, evolusi dan perkembangan diri  beserta tantangan terbesarnya. Life Path Number juga menunjukkan pola kepribadian, cara berpikir dan peran apa yang akan diambil seseorang sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial berdasarkan temperamen bawaannya.

Gambaran Besar Jalan Hidup Nomor 4
Jalan Hidup Nomor 4 adalah pembangun/penopang utama sistem sosial dalam masyarakat. Bakat alami dari Jalan Hidup Nomor 4 meliputi strategi perencanaan, pengorganisasian, pembangunan, perbaikan. Temperamen atau sifat bawaannya adalah kestabilan, keamanan, ketahanan/konsistensi, keteraturan, ketepatan, kejujuran, ketekunan, tekad yang kuat, dedikasi dan loyalitas sehingga mereka banyak menjadi orang yang dipercaya dan diandalkan oleh sekelilingnya. Intelektualitas pemikiran rasionalnya mampu menghubungkan dunia nonmaterial (ide/gagasan/pikiran/sesuatu yang sifatnya abstrak) dan material (fisik/kebendaan/atau sesuatu yang sifatnya konkret). Dengan kata lain, Jalan Hidup Nomor 4 memiliki kemampuan praktikal yang mampu membuat sesuatu bekerja dan berfungsi seperti yang semestinya. Hampir tidak ada pekerjaan yang tidak diselesaikan oleh Jalan Hidup Nomor 4. Apa yang sudah direncanakan sedemikian matang-presisi, akan dieksekusinya sampai akhir dan jarang menyimpang dari master plan (rencana induk) buatannya. Jalan Hidup Nomor 4 bukan untuk memedulikan suatu ketenaran (atau dikenal orang) entah dalam bentuk jabatan/status sosial/strata pendidikan/kasta dan sejenisnya, tapi lebih kepada sikap hormat tentang bagaimana dirinya atau orang lain bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya berdasarkan penilaian kacamata temperamen bawaannya. Jika ada susunan prioritas acak yang bisa diurutkan dengan tepat dan solusi yang mampu membereskan kekacauan dari sebuah realita peristiwa/kejadian, maka, hal tersebut adalah bentuk keahlian dari bakat alami yang ditawarkan oleh orang dengan Jalan Hidup Nomor 4.

Sementara itu, hal-hal yang menjadi trigger/stressor/pemicu stres bagi Jalan Hidup Nomor 4 adalah sifat-sifat atau situasi-kondisi yang berlawanan dengan temperamen bawaannya. Dalam fase atau kondisi ketidakstabilan emosional dimana ia merasa diserang dan dipertanyakan kapasitas kemampuannya, coping mechanism (pertahanan diri) yang dilakukan orang Jalan Hidup Nomor 4 terhadap trigger tersebut diproyeksikan dalam sikap kekakuannya mempertahankan dan menggenggam kuat-kuat pendapat benar-salah (hitam-putih) bahkan terlibat dalam perdebatan panjang dalam hal mengkonfrontir kepemilikan ilmu pengetahuan yang bisa saja sampai dibawa ke ranah personal.

Orang dengan Jalan Hidup Nomor 4 perlu belajar menerima dan mempelajari temperamen bawaan orang lain yang berlawanan dengan temperamen bawaan dirinya. Dalam kata yang sederhana, memperluas persepsinya. Persepsi seperti apa? Persepsi bahwa cara pandang orang lain terhadap sesuatu hal tidak sama dengan cara pandangnya sehingga orang dengan Jalan Hidup Nomor 4 bisa lebih fleksibel, santai dan bijaksana dalam mengelola beragam ekspektasi diri baik pada dirinya sendiri maupun orang lain. 


-Vinny Erika Putri, dari berbagai referensi yang diringkas dan dianalisis pribadi

Kamis, 15 April 2021

#1. Numerology Chart Vinny Erika Putri

 

Life Path Number 4
Menjumlah tanggal, bulan, tahun lahir
Date= 14 = 1+4 = 5
Month= 11 = 1+1 = 2
Year= 1986 = 1+9+8+6 = 24 =2+4 = 6
Total = 5+2+6 = 13 = 1+3 = 4/13

The Challenge of Life
First challenge (Usia 0-32) 
= Jumlah angka lahir - jumlah bulan lahir
= 5-2 = number 3
Second challenge (usia 32-41)
= Jumlah bulan lahir - jumlah tahun lahir
= 6-2 = number 4
Third and main challenge (usia 41-50)
= Second Challenge - First Challenge
= 4-3 = number 1
Fourth Challenge (50+)
= Jumlah tahun lahir - Jumlah tanggal lahir
= 6-5 = number 1

Expression/Destiny Number 5
Menjumlahkan semua huruf yang menyusun nama panjang
VINNY = 4+9+5+5+7 = 30 = 3+0 = 3
ERIKA = 5+9+9+2+1 = 26 = 2+6 = 8
PUTRI = 7+3+2+9+9 = 30 = 3+0 = 3
Total = 3+8+3 = 14 = 1+4 = 5/14

Personality Number 7
Menjumlahkan huruf konsonan di setiap penggalan nama
VINNY = 4+5+5 = 14 = 1+4 = 5
ERIKA = 9+2 = 11 = 1+1 = 2
PUTRI = 7+2+9 = 18 = 1+8 = 9
Total = 5+2+9 = 16 = 1+6 = 7/16
Huruf Y bisa berfungsi sebagai vokal atau konsonan tergantung bunyi dari nama itu sendiri

Soul Urge/Heart Desire Number 7
Menjumlahkan huruf vokal di setiap penggalan nama
VINNY = 9+7= 16 = 1+6 = 7
ERIKA = 5+9+1 = 15 = 1+5 = 6
PUTRI = 3+9 = 12 = 1+2 = 3
Total = 7+6+3 = 16 = 1+6 = 7/16

Bridge Number 1 and 0
Jembatan (gap) antara life path dan expression/destiny number = 5-4 = 1
Jembatan (gap) antara personality dan Soul Urge/Heart Desire = 7-7 = 0

Subconscious Self Number 7
Melihat keberadaan angka 1-9 dari setiap huruf yang menyusun nama, angka bisa dilihat pada gambar di atas (Phytagorean Number)
V  I  N  N  Y    E  R  I  K  A    P  U  T  R  I
4  9  5  5   7    5  9  9  2  1     7  3   2  9  9
1 = ada
2 = ada
3 = ada
4 = ada
5 = ada
6 = tidak ada
7 = ada
8 = tidak ada
9 = ada
Angka yang ada dari mulai 1 sampai 9 = 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9 = ada 7 angka. Maka Subconsciuous Self number-nya adalah 7.

Hidden Passion Number 9
Melihat keberadaan angka yang paling banyak muncul dari setiap huruf yang menyusun nama
V  I  N  N  Y    E  R  I  K  A    P  U  T  R  I
4  9  5  5   7    5  9  9  2  1     7  3   2  9  9
Angka yang paling banyak muncul adalah 9

Karmic Lesson Number 6 and 8
Melihat keberadaan angka yang tidak muncul dari setiap huruf yang menyusun nama
V  I  N  N  Y    E  R  I  K  A    P  U  T  R  I
4  9  5  5   7    5  9  9  2  1     7  3   2  9  9
Angka tidak muncul adalah 6 dan 8

Rational Thought Number 8
Menjumlahkan penggalan pertama nama panjang dan tanggal lahir
VINNY = 30 = 3+0 = 3
Tanggal lahir = 14
Total = 3+14 = 1+7 = 8/17

Balance Number 7
Menjumlahkan huruf pertama dari tiap penggalan nama
V  I  N  N  Y    E  R  I  K  A    P  U  T  R  I
4  9  5  5   7    5  9  9  2  1     7  3   2  9  9
V = 4
E = 5
P = 7
Total = 4+5+7 = 16 = 1+6 = 7/16

Maturity Number 9
Menjumlahkan Life Path Number dan Expression/Destiny Number
Life Path Number = 4
Expression/Destiny Number = 5
Total = 4+5 = 9
Maka Maturity Number-nya adalah 9.


-Vinny Erika Putri, Numerology Chart, Phytagorean Numerology, Western Numerology-

Minggu, 11 April 2021

#7. Aku Yang Tengah Mencari Pencerahan Dan Tiga Ayat Jawaban

 


Malam itu ... batinku menjerit. Entah berapa lama ketidaknyamanan perasaan kupendam dan kutunda untuk dialirkan hingga akhirnya tetas menjadi tangis lirih.

Kubenamkan wajahku pada bantal. Lantas, berteriak kencang pada Tuhan dalam tangis. Aku bertanya dan mempertanyakan tentang hidupku yang kembali terasa pedih. Pun, aku meminta Tuhan menjawabnya saat itu juga.

Malam itu, aku memberikan ruang dan waktu bagi diriku sendiri untuk mengeluarkan katarsis batinku dalam hening sunyi sepuasnya. Saat adik perempuanku mengetuk pintu entah ingin menyampaikan sesuatu, kukatakan dengan nada diatur setegas mungkin untuk menyembunyikan serak tangis, "Mbak sedang gak mau diganggu, ingin istirahat."

Lalu, kumelanjutkan teriakan batin dengan kepungan gugatan pertanyaan "mengapa" yang semakin terasa mencekik napas.
Mengapa aku dilahirkan di keluarga seperti ini? Bapak tidak mampu bersikap dewasa selayaknya seorang bapak ataupun suami di sepanjang usianya. Ibu yang kerap mengalah dan memendam semua emosi dirinya dengan kemengalahannya pada bapak lantas ketika "sampah" batinnya telah penuh, akulah yang menjadi penampung racunnya melalui pengaliran emosinya yang disampaikan lewat tutur cerita. Dua adik yang jauh dari kata mandiri dalam banyak hal. Satu laki-laki korban salah pola asuh yang dimanjakan bapak hingga masih menjadi pengangguran di usianya yang genap kepala tiga dan tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Satu perempuan berkebutuhan khusus dengan ketidakstabilan emosi dan intelegensi penalaran rendah di bawah kategori intelegensi orang normal. Aku sulung, mengunyah masalahku sendiri, dan kerap menyelesaikan setiap masalah keluarga yang diserahkan orang tua padaku.
Mengapa aku belum juga dikaruniai pasangan hidup? Aku melihat satu per satu temanku memiliki pasangan dan anak. Setiap kali mendengar kabar pernikahan teman-teman terdekat, aku melakukan dua hal yang cukup menguras energi: bahagia untuk mereka, tapi juga mesti kuat-kuat menjaga kerentananku yang belum sampai pada titik dimana mereka sudah berada di sana. Aku kembali menghadapi hal itu sebulan ini. Rekan kerjaku yang belum lama menikah, hamil dengan cepatnya.
Mengapa aku seringkali menjadi sosok yang diandalkan orang-orang? Aku bosan berbuat baik. Aku lelah menjadi garda terdepan pelindung bagi orang banyak. Tapi, menjengkelkannya, aku tidak bisa berlepas diri berlaga tidak peduli dengan kesulitan orang-orang ketika mereka membutuhkan bantuan. 
Mengapa aku belum juga mencapai kemandirian dan kestabilan finansial untuk hidupku sendiri? Aku merasa tak menghasilkan sesuatu yang sebanding dengan kerja keras maksimal yang sudah kulakukan di tempatku bekerja. Aku muak dengan ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban yang dipikulkan yayasan kepadaku. Dan itu terjadi berulang kedua kalinya di tempat yang berbeda sehingga memperkuat pandanganku bahwa dunia religius pun sama brengseknya ketika berhadapan dengan uang.
Di akhir katarsisku, kututup pertanyaan akhir pada Tuhan, dengan pertanyaan berulang yang kerapkali kudengar saat diri menggugat hidup dengan pertanyaan mengapa yang tak kunjung kutemukan penyelesaiannya.
Apa yang ENGKAU inginkan untuk hidupku, Wahai Tuhan? Apa yang mesti aku ubah? Aku tidak tahu untuk apa hidup dan kehidupanku?
Selebihnya, sunyi hanya ditimpali jerit tangis panjang yang lebih keras bergema menghujam dada. Butuh waktu cukup lama untuk emosiku teralirkan dan tangisku mereda.

Setelah perlahan-lahan kelegaan merengkuhku, aku membuka botol berisi kumpulan ayat-ayat Al-Quran yang kupilih sendiri secara intuitif. Tiga kali kocokan berurutan. Terkumpul 3 lintingan kertas berisi 3 ayat Al-Quran.


Q.S 17:25
Tuhan kalian lebih mengetahui apa yang ada dalam hati kalian; jika kalian orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.

Q.S 99:7
Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

Q.S 13:11
Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Hai, Aku Yang Mencari Pencerahan, biar kupeluk dirimu. Aku sangat memahami, tak mudah menjadi dirimu dengan segala takdir yang berusaha kau terima sekaligus syukuri. Jatuh bangun kau bertahan untuk tidak keluar dari jalur-Nya ketika hidup tengah menempatkanmu pada situasi dan kondisi yang penat menjenuhkan.

Sekarang, mari kita sisir emosi-emosi yang kau rasakan agar kau bisa melihat jelas antara realita yang terjadi dan harapan diri sebelum kau kembali menerima dan memahami keduanya sembari bertafakur dengan tiga ayat jawaban tersebut.

Hai, Aku Yang Tengah Mencari Pencerahan. Sebelum memaknai tiga ayat jawaban, pertama-tama, biarkan aku menjawab sejujur-jujurnya atas apa yang sisi gelapmu suarakan. Kuurai satu per satu, apa yang membuat nada jeritan tersebut terdengar sama dan berulang gaungnya. 
Pertama, kau belum benar-benar ridho dengan apa yang Tuhan berikan dalam hidupmu. Kau belum sepenuhnya ridho dengan takdirmu. Hatimu masih menolak apa yang dinamai penderitaan sehingga kau menolak dirimu, keluargamu, orang-orang atau suatu material apapun yang kau anggap menciderai kebahagiaanmu.

Kedua, kau belum bisa sepenuhnya melepaskan diri dari keterikatan pada sesuatu hal yang berada diluar dirimu. Keterikatan itu pada akhirnya menciptakan beban di hidupmu.

Apa maksudmu Wahai Penjaga Kesadaran Diri?

Kubedah dengan lebih tajam lagi, sampai ke akar-akarnya, Wahai Aku yang Tengah Mencari Pencerahan.

Pertama, soal kau belum ridho dengan takdir yang Tuhan berikan dengan terlahir di keluarga yang tidak ideal menurutmu. Kau tahu? Apa yang membuatmu tidak ridho adalah karena ilmu pengetahuan yang kau miliki dan kecerdasanmu dalam berpikir kritis kau gunakan untuk mengoreksi kesalahan orang tuamu dalam mendidik anak-anaknya? Kau menggunakan daya nalar argumenmu sebagai penghakiman dan pembenaran luka-luka masa kecil yang membekas hingga dewasa untuk menyelisihi bahkan menyerang mereka diam-diam atau terang-terangan. Kau belum bisa sepenuhnya memaafkan ketidaktahuan dan keterbatasan kapasitas yang mereka miliki sebagai orang tua. Kau masih terjebak pada idealisme ekspektasi diri yang jauh dari realita di hadapanmu. Semakin kau belajar banyak ilmu pengetahuan semakin banyak hal yang kau lihat tidak ideal di masa lalumu sebagai anak dan masa lalu orang tuamu sebagai pendidik anak-anaknya atau pasangan suami istri. Kau gusar dan mengiyakan ketidak-idealan itu yang menorehkan "kecacatan" karakter atau mental pada dirimu dan saudara-saudaramu. Bahayanya, jika Aku Sang Penjaga Kesadaran Diri menghilang dari sisimu, pemikiran-pemikiran tersebut akan melukai diri seorang Vinny Erika Putri semakin dalam. Dan bisa terjadi kematian pada diri Aku Yang Tengah Mencari Pencerahan didalam dirinya.

Kemudian, mengenai keterikatan dirimu dengan sesuatu diluar dirimu. Ada tiga tali diluar dirimu yang tengah mengikatmu:
Satu, kau terikat pada sesuatu yang sifatnya pamrih. Kau masih terikat dengan pamrih yang membuat bahagia hidupmu bergantung pada balasan pemberian makhluk yang ujungnya hanya membuatmu kecewa. Pamrih pulalah yang membuatmu merasakan kebosanan berbuat baik dan lelah menghayati pekerjaanmu yang sedari awal kau maknai sebagai panggilan jiwa.
Dua, kau terikat pada suatu persepsi yang bias. Bias persepsi seperti apa yang kumaksud? Bias persepsi antara sikap menolong dan tanggung jawab hingga akhirnya menjadikan sikap menolong sebagai tanggung jawab yang tidak seimbang porsinya. Dengan kata lain, apa yang sebenarnya bukan kewajibanmu untuk menolong, kau paksakan diri untuk kau pikul sebagai tanggung jawab. Kau merasa bertanggung jawab sebagai sulung. Kau merasa bertanggung jawab sebagai teman. Kau merasa bertanggung jawab sebagai pelindung sekelilingmu. Kau ciptakan beban-beban hidupmu sendiri dengan memakai kacamata persepsi sikap menolong adalah sebuah tanggung jawab.
Tiga, kau terikat pada apa yang belum kau miliki. Kau terikat pada rasa mendamba kehadiran pasangan hidup yang belum juga kau dapatkan beserta idealisme keluarga kecil yang ingin kau bangun didalamnya. Keterikatan itu, menjadikanmu terluka ketika berulang-ulang mendengar kabar teman-temanmu menikah atau memiliki anak. Kau terluka bukan karena mereka, tapi oleh keinginan dirimu sendiri yang terlahir dari rasa mendambakan sesuatu yang belum kau gapai.

Lalu, apa makna yang ingin ditunjukkan tiga ayat itu untuk keadaan batinku saat itu? Kau sendiri membutuhkan waktu yang lama bukan untuk memaknai, Wahai Penjaga Kesadaran Diri?

Kuulas satu persatu tiga ayat yang menjawab kondisi batinmu, dimulai dari urutan lintingan kertas pertama yang keluar dari botol.

Q.S 17:25
Tuhan kalian lebih mengetahui apa yang ada dalam hati kalian; jika kalian orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.
Tuhan tahu, kau belum menerima pemberian-Nya dengan ridho. Kau belum memaafkan orang tuamu dan melakukan kejahatan dengan ilmu pengetahuan yang kau miliki untuk mengoreksi mereka lalu menggugat hidup yang menurutmu kadang terasa tak adil. Kau melupakan keringat dan jerih payah mereka selama membesarkanmu. 

Ibumu yang berjuang melahirkan dan menyusui, mengutamakan kebutuhan anak-anak dibandingkan dirinya, membunuh mimpi-mimpinya demi membersamai anak-anak di rumah, tak putus-putus mendoakan hal-hal baik untuk keluarga kecilnya dan berdiri tegar demi buah hatinya meski dengan hati yang bersayat luka-luka. Melahirkan adikmu yang berkebutuhan khusus adalah ujian terberat dalam hidupnya yang beliau jalani dengan ikhlas. Menerima kondisi anak-anak laki-lakinya yang tidak seperti lelaki dewasa lainnya akibat pola asuh yang salah dari suaminya adalah kesabarannya yang diberusahakan terus mengada. Bersuamikan dengan latar belakang kondisi pola asuh produk broken home adalah keputusan yang dengan tegar tak pernah beliau sesali dalam ucap kata-kata sekalipun. Terimalah ibumu sebagaimana beliau berusaha menerima anak-anak dan suaminya lebih dari beliau menerima dirinya sendiri.

Bapakmu yang banting tulang tak kenal lelah mencari nafkah untuk keluarga. Bapakmu yang rela pensiun dini dari gemerlap dunia PNS karena situasi kantornya yang sudah tidak kondusif dan bertentangan dengan prinsip kejujuran yang dipegangnya. Bapakmu yang rela pensiun dini dari karir PNS-nya yang menjanjikan, melepas jabatannya dan menjauhi diri dari atasannya (seorang perempuan penggoda) yang terus saja berusaha menempelinya. Bapakmu melepaskan pekerjaannya lebih awal dari masa yang seharusnya demi keutuhan keluarga dan kesetiannya pada ibu. Keputusan itu adalah sesuatu yang sangat amat berat bagi seorang lelaki. Bapakmu yang kekurangan kasih sayang seorang ibu karena semenjak kecil beliau harus rela berbagi kasih sayang dengan adik-adiknya yang lahir tiap tahun berturut-turut selama 9 tahun dan sempat menjadi saksi perselingkuhan ayahnya saat ibunya masih hidup. Lantas harus menelan kenyataan dengan ikhlas, perempuan itu menjadi ibu tirinya setelah sang ibu kandung meninggal. Tidak mudah baginya untuk memahami bagaimana berlaku lembut terhadap istrinya, mengelola emosinya dengan tepat juga cara mendidik anak-anaknya sebagai seorang ayah karena beliau tak menemukan teladan yang tepat dalam pengalaman perjalanan hidupnya. Terimalah bahwa bapakmu sendiri memiliki luka-luka di masa kecilnya yang beliau tekan dan tak sadari.

Sadarilah dan maknailah dengan bahagia, bagi mereka, memilikimu adalah satu-satunya harapan dan keajaiban yang menormalkan hidup mereka. Ibumu mengasah karakter dan potensi kecerdasanmu sedemikian rupa sedari kecil. Bapakmu menaruh kebanggaannya padamu. Mereka memberikan pendidikan terbaik untukmu. Setara dengan permintaan bantuan atas masalah-masalah yang mereka butuhkan pendapat atau kesulunganmu untuk turun tangan mengatasinya. Dan semakin mereka menua, semakin mereka membutuhkanmu sebagai keajaiban yang mampu menjaga nyala lampu keluarga ini.

Tuhan ingin kau menerima pemberian-Nya karena Tuhan tahu hatimu masih menolak. Maafkan dirimu, maafkan kedua orang tuamu dan memohonlah ampunan kepada-Nya atas kejahatan prasangkamu kepada kedua mereka sebagai langkah awal ridho dengan takdirmu.

Kemudian, berlanjut ke urutan lintingan ayat kedua:

Q.S 99:7
Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Tuhan tengah mengingatkanmu untuk melepaskan keterikatanmu dengan sifat pamrih; mengingatkanmu untuk berbuat baik tanpa mengharapkan pamrih dari manusia agar kau tak mengalami kekecewaan yang sama. Bahkan, pamrih pada Tuhan pun tak semestinya ada didalam hatimu. Pahamkah kau? Tuhan sudah memberikan kebaikan-Nya dalam bentuk rahmat dan nikmat-Nya yang tak terbatas sebelum kau meminta hakmu. Pamrih membutakanmu dari kesadaran diri. Sadarilah, sesdar-sadarnya, penjagaan-Nya atas kesadaran dirimu yang tetap hadir ketika realita hidup terasa amat sangat tidak waras merupakan balasan dari-Nya yang seharusnya bisa kau lihat setiap kali kau memilih tetap berpegang pada kebaikan dirimu.

Terakhir, urutan lintingan ayat ketiga:

Q.S 13:11
Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Tuhan ingin kau melepaskan keterikatan dengan persepsi yang bias soal tanggung jawab. Kau tak harus menolong dan memikulkan perlindungan orang-orang pada pundakmu melebihi batas kemampuanmu. Tuhan telah memberikan penjagaan-Nya melalui para malaikat pada tiap diri manusia, termasuk anggota keluargamu, sahabatmu, teman-temanmu dan rekan-rekanmu dalam pekerjaan. Penjagaan Tuhan lebih perkasa dari kekuatan apapun yang ada di jagad raya. Lainnya, Tuhan tak ingin kau terikat pada sesuatu yang belum atau sudah kau miliki dan menegaskan bahwa bukan pada lelaki yang kau dambakan kehadirannyalah kau menyandarkan perlindungan, tapi Dialah satu-satunya pelindungmu sekalipun kelak garis jodoh pasangan hidup telah sampai padamu. 

Terakhir, mari menjawab pertanyaan di akhir jeritanmu:
Apa yang ENGKAU inginkan untuk hidupku, Wahai Tuhan? Apa yang mesti aku ubah? Aku tidak tahu untuk apa hidup dan kehidupanku?
Tuhan ingin kau mengubah dirimu sendiri terlebih dahulu sebelum menginginkan kondisi diluar dirimu berubah. Tuhan memperingatkanmu hal-hal yang berada didalam dirimu (pemikiran, perasaaan, ilusi imajinasi dan karakter) adalah hal yang paling mungkin untuk kau ubah dan kendalikan.

Jalan hidupmu adalah bertransformasi dari penderitaanmu, mengubah gelap dan getirnya luka-luka menjadi terang cahaya yang mampu menerangi dirimu untuk bangkit berjalan meniti jalan spiritual yang (selalu dan selalu) mengarah kepada-Nya, menuju-Nya. Tak peduli seberapa sering kegetiran hidup mengkremasimu menjadi butiran abu, kekuatanmu adalah bangkit dengan jiwa yang baru dari abu kematian hati. Luka-luka mengajarimu bagaimana cara untuk hidup kembali dan sembuh darinya. Kau hidup untuk merasakan dan memahami kepedihan luka orang lain melalui pola lukamu sendiri lantas mengubahnya menjadi sumber kekuatan dan keberdayaan yang sejatinya Tuhan bekali pada diri sejati yang hidup didalam diri setiap manusia.

-Vinny Erika Putri, Perjalanan Kontempelasi Diri, 04-12 April 2021

Minggu, 04 April 2021

#6. Seseorang Yang Menakutkan Didalam Sana


Hai, Seseorang yang menakutkan didalam sana, mari kita berkenalan lebih dekat. Aku mengikutimu, berjalan menyusuri setapak jalan lurus yang terkepung pepohonan hutan gelap di sekelilingnya. Kau pastilah bagian dari seorang Vinny Erika Putri, karena aku bisa dengan jelas melihatmu. Yang bahkan ketika aku menuliskan ini, jemari tanganku gemertap.
Ya, benar. Aku bagian dari seorang Vinny Erika Putri. Jika kau adalah penjaga kesadaran yang memelihara pancaran cahayanya, maka aku adalah karib kerabat sisi gelap dalam dirinya. Mengapa kau gemertap? Apakah karena diriku adalah seseorang yang menakutkan didalam sana.

Tidak. Aku tak takut. Aku ingin mendengar dan memahami perasaanmu yang mungkin saja telah terabaikan selama ini. Jemari tanganku gemetar, karena aku tahu, kau tengah marah. Kau berusaha keluar untuk mendapatkan ruang penerimaan. Tak apa, bicara saja, sebagai dirimu, Wahai Seseorang yang menakutkan didalam sana.
Baiklah. Kukatakan, aku menentangmu, Penjaga Kesadaran Diri. Apakah kau benar-benar seorang bijak yang dititipkan Tuhan menjaga cahaya seorang Vinny Erika Putri agar tidak redup kehilangan semangat hidupnya? Kalau kau seseorang yang bijak, aku tak akan ada didalam dirinya menyelisihimu. Aku tak akan menggugat takdir, meneriaki Tuhan dengan bertanya dan mempertanyakan banyak hal tentang hidup dan kehidupanku.
Aku hadir bukan sebagai seseorang yang bijak. Aku hadir untuk menerima, membersamai dan merangkulmu. Kita adalah satu. Yang mengutuhkan diri membentuk seorang Vinny Erika Putri dari masa ke masa. Aku belajar darimu, bersama-sama menyembuhkan diri dari masa ke masa. Cahaya tak akan bermakna tanpa memahami hadirnya kegelapan. Kita adalah kebijaksanaan yang merupa cermin dan saling membutuhkan satu sama lain.
Benarkah? Aku tertawa menyeringai mendengarnya. Kukatakan banyak hal yang bertentangan dengan ajaran agama soal keikhlasan. Kuuji dirimu, apakah bisa menerima atau tidak, Wahai Penjaga Kesadaran Diri. Aku meneriaki Tuhan, bahwa aku bosan berbuat baik. Aku jenuh menjadi orang yang nyaris selalu diandalkan. Aku lelah berpura-pura baik untuk menjaga perasaan orang. Aku penat dengan lika-liku jalan hidupku. 
Aku bertanya pada Tuhan, apa yang Tuhan inginkan untuk hidupku? Apakah aku benar-benar akan menjadi seorang perempuan sunyi yang berjalan sendirian melewati duri-duri kehidupan sepanjang hidupku dengan menjadi tulang punggung keluarga, bahkan tumpuan banyak orang di lingkungan sosial tempatku mengambil peran kehidupan? Mengapa aku terlahir dalam keluarga yang memiliki banyak PR hidup sebagai sulung? Dan mengapa aku ditempatkan pada lingkungan sosial yang memuakkan? 
Aku juga menyampaikan ejekanku pada Tuhan tentang orang-orang yang mengaku beragama, religius, dan mencari-Mu di bangunan pendidikan bernama pesantren. Entah berapa jenis kitab yang telah mereka cerna dengan sebaik-baiknya hingga menjadikan mereka unggul secara teoritis dan retoris. Tapi ilmu dan teladannya rapuh, terpatahkan dengan mudah ketika berurusan dengan uang. Agama mereka mudah tergadaikan oleh uang dan tak sulit bagi mereka menggelapkan apa yang semestinya menjadi hak orang lain. 
Aku melihat BAJINGAN dalam rupa ustadz. 
Apa fungsi agama yang Tuhan turunkan pada orang-orang semacam itu? Bahkan mungkin seorang Atheis yang idealis soal adab dan kemanusiaan masih lebih baik dari orang-orang munafik yang menjual agamanya demi kepentingan perut pribadi.
Dan aku berkata pada Tuhan, mereka yang banyak mengkaji kitab-Mu, berlabel ustadz ataupun bahkan jika itu kyai yang dihormati orang-orang, aku tidak takut untuk menghantam mereka saat antara teori dan teladan yang diberikan berjalan tidak sinkron. Hierarki dalam bidang apapun, termasuk agama, tak memiliki hak untuk dibenarkan dalam hal penindasan. Yang kupegang dari orang-orang adalah kesesuaian atara tutur kata dan tingkah laku perbuatannya. 

Hai, seseorang yang menakutkan didalam sana, biar kupeluk erat dirimu. Pasti kau amat sangat lelah dengan banyak kecurangan dan penindasan di sekitarmu yang kau rasakan. Juga banyak orang yang kau sadari memanfaatkanmu tanpa adab. 

Ya. Aku tidak tahu kekuatan apa yang tersimpan saat kemarahanku tetas memuncak dikarenakan penindasan terhadap diriku atau orang-orang yang kupedulikan. Sejauh ini, yang kutahu, dengan brutal dan berani, aku menantang mereka untuk berhadapan empat mata ataupun disaksikan banyak mata. Lisanku akan mencengkeram mereka seperti mereka tengah bersiap menghadapi tebasan pedang seorang pembunuh berdarah dingin. Kata-kataku akan mereka ingat seumur hidup. Kukenakan pada siapapun itu: keluarga, teman, kolega. 
Aku, seseorang yang menakutkan didalam sana, akan muncul  dengan kenekatan yang tak bisa diprediksi saat kemarahan itu telah memuncak. 

Iya. Dan aku tahu tanda-tanda kehadiranmu, Wahai Seseorang yang menakutkan didalam sana. Saat kau tengah berusaha menampakkan diri, sekujur tanganku akan gemetar, napasku menjadi tidak beraturan dan terasa pendek-pendek, tatapan mataku akan lebih tajam dari biasanya. Bahkan diamku, akan menjadi energi yang mengerikan bagi sekitarku. Saat itu, kau ingin sekali bertukar tempat denganku.

Benar. Itulah tanda kehadiranku. Dan kau takut bukan? Takut akan potensi kemarahanku yang bisa saja bersifat merusak dan membunuhmu, Wahai Penjaga Kesadaran Diri?

Benar. Saat kau hadir, aku takut kehilangan kesadaran dan kontrol diri. Maka dari itu, aku memilih dengan sadar, menerima dan turut merasakan kehadiranmu untuk memahamimu dalam hening sunyi. Bahkan hal terkasar apapun, kubiarkan untuk kau tumpahkan di altar sunyi. Aku tak ingin melewatkan bagian apapun dari tanda-tanda atau pola yang kau tunjukkan agar bisa berkarib akrab denganmu dan membuatmu merasa aman bersamaku tanpa harus menyingkirkanmu.

Walaupun kukatakan, aku serupa setan yang menakutkan dalam diri seorang Vinny Erika Putri ?

Sudah kukatakan sebelumnya bukan? Cahaya tidak bermakna tanpa kegelapan. Seseorang akan khusyu dalam mencari cahaya-Nya dan lebih waspada saat ia menyusuri kegelapan sebelum akhirnya tercerahkan. 

Jadi, kau membiarkanku tetap ada jauh didalam sana bersama dengan bagian lainnya yang membentuk diri seorang Vinny Erika Putri?

Iya. Kubiarkan. Karena tanpamu, keberanian seorang Vinny Erika Putri menghadapi banyak hal sendirian akan lenyap. Vinny Erika Putri akan banyak bergantung pada persetujuan orang-orang dalam menjalani hidup. Itu yang akan membuat seorang Vinny Erika Putri kehilangan diri-Nya dan melupakan-Nya.

Seseorang yang menakutkan didalam sana, bersamaku yang kau katakan sebagai Penjaga Kesadaran Diri, akan sekuat tenaga menjaga nyala semangat seorang Vinny Erika Putri untuk tetap hidup dan menyembuhkan diri dari bekas luka-luka apapun yang singgah di setiap linimasa kehidupannya. Ya. Kita akan mencegahnya dari rasa ketidakbermaknaan nyawa yang bisa saja membuatnya mengakhiri hidup.

Seseorang yang menakutkan didalam sana adalah versi kemarahan diri seorang Vinny Erika Putri yang terbakar luka-luka sampai menjadi butiran abu. Dan kau, akan bangkit bersamaku, terlahir kembali dari butiran abu kematian jiwa lama dengan pancaran cahaya jiwa baru yang menerangi dirimu. Bersamaku, kau tidak akan menjadi butiran abu tanpa daya kekuatan penyembuhan diri. Pula tak kubiarkan menjadi butiran abu yang dendamnya sanggup memedihkan mata orang-orang hingga membuat mereka kehilangan penglihatan. Karena makna kehadiranmu pun sama pentingnya dengan kehadiranku.

Baiklah. Mari kita saling bertaruh, sejauh mana kau bisa tetap sadar membersamai seorang Vinny Erika Putri saat aku, Seseorang yang menakutkan didalam sana memunculkan diri.

Baiklah. Mari kita terus bersahabat, untuk saling berkaca diri, memaknai kebijaksanaan dari dualitas sisi kehidupan. Pula, menyaksikan seorang Vinny Erika Putri terus bertumbuh mengutuhkan diri menjadi dan sebagai manusia di setiap fase perjalanan hidupnya (yang tak mesti baik-baik saja dan tak selalu memiliki kebaikan hati bagai malaikat). 


Vinny Erika Putri, 04.04.21