Ketika Anak-Anak Menjelma Dewasa dan Ibu Semakin Menua
It Is Okay Not To Be Okay Eventhough You Are A Mother
Pergilah, Untuk Kembali Tumbuh Menjadi Dirimu
Kebertahanan Hidup, Kenyamanan dan Kedamaian
Mencintai, Hadir Menerima dan Keterhubungan dengan Diri Sendiri
Sebuah Muara Kesadaran Kemana Seharusnya Keterhubungan Diri Terhubung
Mengapa aku dilahirkan di keluarga seperti ini? Bapak tidak mampu bersikap dewasa selayaknya seorang bapak ataupun suami di sepanjang usianya. Ibu yang kerap mengalah dan memendam semua emosi dirinya dengan kemengalahannya pada bapak lantas ketika "sampah" batinnya telah penuh, akulah yang menjadi penampung racunnya melalui pengaliran emosinya yang disampaikan lewat tutur cerita. Dua adik yang jauh dari kata mandiri dalam banyak hal. Satu laki-laki korban salah pola asuh yang dimanjakan bapak hingga masih menjadi pengangguran di usianya yang genap kepala tiga dan tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Satu perempuan berkebutuhan khusus dengan ketidakstabilan emosi dan intelegensi penalaran rendah di bawah kategori intelegensi orang normal. Aku sulung, mengunyah masalahku sendiri, dan kerap menyelesaikan setiap masalah keluarga yang diserahkan orang tua padaku.
Mengapa aku belum juga dikaruniai pasangan hidup? Aku melihat satu per satu temanku memiliki pasangan dan anak. Setiap kali mendengar kabar pernikahan teman-teman terdekat, aku melakukan dua hal yang cukup menguras energi: bahagia untuk mereka, tapi juga mesti kuat-kuat menjaga kerentananku yang belum sampai pada titik dimana mereka sudah berada di sana. Aku kembali menghadapi hal itu sebulan ini. Rekan kerjaku yang belum lama menikah, hamil dengan cepatnya.
Mengapa aku seringkali menjadi sosok yang diandalkan orang-orang? Aku bosan berbuat baik. Aku lelah menjadi garda terdepan pelindung bagi orang banyak. Tapi, menjengkelkannya, aku tidak bisa berlepas diri berlaga tidak peduli dengan kesulitan orang-orang ketika mereka membutuhkan bantuan.
Mengapa aku belum juga mencapai kemandirian dan kestabilan finansial untuk hidupku sendiri? Aku merasa tak menghasilkan sesuatu yang sebanding dengan kerja keras maksimal yang sudah kulakukan di tempatku bekerja. Aku muak dengan ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban yang dipikulkan yayasan kepadaku. Dan itu terjadi berulang kedua kalinya di tempat yang berbeda sehingga memperkuat pandanganku bahwa dunia religius pun sama brengseknya ketika berhadapan dengan uang.
Apa yang ENGKAU inginkan untuk hidupku, Wahai Tuhan? Apa yang mesti aku ubah? Aku tidak tahu untuk apa hidup dan kehidupanku?
Tuhan kalian lebih mengetahui apa yang ada dalam hati kalian; jika kalian orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.
Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Pertama, kau belum benar-benar ridho dengan apa yang Tuhan berikan dalam hidupmu. Kau belum sepenuhnya ridho dengan takdirmu. Hatimu masih menolak apa yang dinamai penderitaan sehingga kau menolak dirimu, keluargamu, orang-orang atau suatu material apapun yang kau anggap menciderai kebahagiaanmu.
Kedua, kau belum bisa sepenuhnya melepaskan diri dari keterikatan pada sesuatu hal yang berada diluar dirimu. Keterikatan itu pada akhirnya menciptakan beban di hidupmu.
Tuhan kalian lebih mengetahui apa yang ada dalam hati kalian; jika kalian orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.
Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Apa yang ENGKAU inginkan untuk hidupku, Wahai Tuhan? Apa yang mesti aku ubah? Aku tidak tahu untuk apa hidup dan kehidupanku?
Ya, benar. Aku bagian dari seorang Vinny Erika Putri. Jika kau adalah penjaga kesadaran yang memelihara pancaran cahayanya, maka aku adalah karib kerabat sisi gelap dalam dirinya. Mengapa kau gemertap? Apakah karena diriku adalah seseorang yang menakutkan didalam sana.
Baiklah. Kukatakan, aku menentangmu, Penjaga Kesadaran Diri. Apakah kau benar-benar seorang bijak yang dititipkan Tuhan menjaga cahaya seorang Vinny Erika Putri agar tidak redup kehilangan semangat hidupnya? Kalau kau seseorang yang bijak, aku tak akan ada didalam dirinya menyelisihimu. Aku tak akan menggugat takdir, meneriaki Tuhan dengan bertanya dan mempertanyakan banyak hal tentang hidup dan kehidupanku.
Benarkah? Aku tertawa menyeringai mendengarnya. Kukatakan banyak hal yang bertentangan dengan ajaran agama soal keikhlasan. Kuuji dirimu, apakah bisa menerima atau tidak, Wahai Penjaga Kesadaran Diri. Aku meneriaki Tuhan, bahwa aku bosan berbuat baik. Aku jenuh menjadi orang yang nyaris selalu diandalkan. Aku lelah berpura-pura baik untuk menjaga perasaan orang. Aku penat dengan lika-liku jalan hidupku.
Aku bertanya pada Tuhan, apa yang Tuhan inginkan untuk hidupku? Apakah aku benar-benar akan menjadi seorang perempuan sunyi yang berjalan sendirian melewati duri-duri kehidupan sepanjang hidupku dengan menjadi tulang punggung keluarga, bahkan tumpuan banyak orang di lingkungan sosial tempatku mengambil peran kehidupan? Mengapa aku terlahir dalam keluarga yang memiliki banyak PR hidup sebagai sulung? Dan mengapa aku ditempatkan pada lingkungan sosial yang memuakkan?
Aku juga menyampaikan ejekanku pada Tuhan tentang orang-orang yang mengaku beragama, religius, dan mencari-Mu di bangunan pendidikan bernama pesantren. Entah berapa jenis kitab yang telah mereka cerna dengan sebaik-baiknya hingga menjadikan mereka unggul secara teoritis dan retoris. Tapi ilmu dan teladannya rapuh, terpatahkan dengan mudah ketika berurusan dengan uang. Agama mereka mudah tergadaikan oleh uang dan tak sulit bagi mereka menggelapkan apa yang semestinya menjadi hak orang lain.
Aku melihat BAJINGAN dalam rupa ustadz.
Apa fungsi agama yang Tuhan turunkan pada orang-orang semacam itu? Bahkan mungkin seorang Atheis yang idealis soal adab dan kemanusiaan masih lebih baik dari orang-orang munafik yang menjual agamanya demi kepentingan perut pribadi.
Dan aku berkata pada Tuhan, mereka yang banyak mengkaji kitab-Mu, berlabel ustadz ataupun bahkan jika itu kyai yang dihormati orang-orang, aku tidak takut untuk menghantam mereka saat antara teori dan teladan yang diberikan berjalan tidak sinkron. Hierarki dalam bidang apapun, termasuk agama, tak memiliki hak untuk dibenarkan dalam hal penindasan. Yang kupegang dari orang-orang adalah kesesuaian atara tutur kata dan tingkah laku perbuatannya.
Hai, seseorang yang menakutkan didalam sana, biar kupeluk erat dirimu. Pasti kau amat sangat lelah dengan banyak kecurangan dan penindasan di sekitarmu yang kau rasakan. Juga banyak orang yang kau sadari memanfaatkanmu tanpa adab.
Ya. Aku tidak tahu kekuatan apa yang tersimpan saat kemarahanku tetas memuncak dikarenakan penindasan terhadap diriku atau orang-orang yang kupedulikan. Sejauh ini, yang kutahu, dengan brutal dan berani, aku menantang mereka untuk berhadapan empat mata ataupun disaksikan banyak mata. Lisanku akan mencengkeram mereka seperti mereka tengah bersiap menghadapi tebasan pedang seorang pembunuh berdarah dingin. Kata-kataku akan mereka ingat seumur hidup. Kukenakan pada siapapun itu: keluarga, teman, kolega.
Aku, seseorang yang menakutkan didalam sana, akan muncul dengan kenekatan yang tak bisa diprediksi saat kemarahan itu telah memuncak.
Iya. Dan aku tahu tanda-tanda kehadiranmu, Wahai Seseorang yang menakutkan didalam sana. Saat kau tengah berusaha menampakkan diri, sekujur tanganku akan gemetar, napasku menjadi tidak beraturan dan terasa pendek-pendek, tatapan mataku akan lebih tajam dari biasanya. Bahkan diamku, akan menjadi energi yang mengerikan bagi sekitarku. Saat itu, kau ingin sekali bertukar tempat denganku.
Benar. Itulah tanda kehadiranku. Dan kau takut bukan? Takut akan potensi kemarahanku yang bisa saja bersifat merusak dan membunuhmu, Wahai Penjaga Kesadaran Diri?
Benar. Saat kau hadir, aku takut kehilangan kesadaran dan kontrol diri. Maka dari itu, aku memilih dengan sadar, menerima dan turut merasakan kehadiranmu untuk memahamimu dalam hening sunyi. Bahkan hal terkasar apapun, kubiarkan untuk kau tumpahkan di altar sunyi. Aku tak ingin melewatkan bagian apapun dari tanda-tanda atau pola yang kau tunjukkan agar bisa berkarib akrab denganmu dan membuatmu merasa aman bersamaku tanpa harus menyingkirkanmu.
Walaupun kukatakan, aku serupa setan yang menakutkan dalam diri seorang Vinny Erika Putri ?
Sudah kukatakan sebelumnya bukan? Cahaya tidak bermakna tanpa kegelapan. Seseorang akan khusyu dalam mencari cahaya-Nya dan lebih waspada saat ia menyusuri kegelapan sebelum akhirnya tercerahkan.
Jadi, kau membiarkanku tetap ada jauh didalam sana bersama dengan bagian lainnya yang membentuk diri seorang Vinny Erika Putri?
Iya. Kubiarkan. Karena tanpamu, keberanian seorang Vinny Erika Putri menghadapi banyak hal sendirian akan lenyap. Vinny Erika Putri akan banyak bergantung pada persetujuan orang-orang dalam menjalani hidup. Itu yang akan membuat seorang Vinny Erika Putri kehilangan diri-Nya dan melupakan-Nya.
Seseorang yang menakutkan didalam sana, bersamaku yang kau katakan sebagai Penjaga Kesadaran Diri, akan sekuat tenaga menjaga nyala semangat seorang Vinny Erika Putri untuk tetap hidup dan menyembuhkan diri dari bekas luka-luka apapun yang singgah di setiap linimasa kehidupannya. Ya. Kita akan mencegahnya dari rasa ketidakbermaknaan nyawa yang bisa saja membuatnya mengakhiri hidup.
Seseorang yang menakutkan didalam sana adalah versi kemarahan diri seorang Vinny Erika Putri yang terbakar luka-luka sampai menjadi butiran abu. Dan kau, akan bangkit bersamaku, terlahir kembali dari butiran abu kematian jiwa lama dengan pancaran cahaya jiwa baru yang menerangi dirimu. Bersamaku, kau tidak akan menjadi butiran abu tanpa daya kekuatan penyembuhan diri. Pula tak kubiarkan menjadi butiran abu yang dendamnya sanggup memedihkan mata orang-orang hingga membuat mereka kehilangan penglihatan. Karena makna kehadiranmu pun sama pentingnya dengan kehadiranku.
Baiklah. Mari kita saling bertaruh, sejauh mana kau bisa tetap sadar membersamai seorang Vinny Erika Putri saat aku, Seseorang yang menakutkan didalam sana memunculkan diri.
Baiklah. Mari kita terus bersahabat, untuk saling berkaca diri, memaknai kebijaksanaan dari dualitas sisi kehidupan. Pula, menyaksikan seorang Vinny Erika Putri terus bertumbuh mengutuhkan diri menjadi dan sebagai manusia di setiap fase perjalanan hidupnya (yang tak mesti baik-baik saja dan tak selalu memiliki kebaikan hati bagai malaikat).
Vinny Erika Putri, 04.04.21