Gadis itu kerap pergi mengunjungi kesunyian
Ia berdiam di sana lalu pergi sekehendak hatinya
Ada ragam rasa dan pemikiran yang ia sembunyikan di sana
Kali ini, ia mempertanyakan kembali, "Apa itu teman?"
Pertanyaan yang pernah ia lontarkan entah kapan waktu
Dan yang ke sekian kalinya
Pertanyaan yang pernah ia lontarkan entah kapan waktu
Dan yang ke sekian kalinya
Ah, tapi sepertinya itu bukan pertanyaan
Lebih tepatnya, mengingat kembali makna teman
Gadis itu bukanlah seorang yang terisolir dari lingkungan sosialnya
Juga bukan orang yang tidak punya teman
Telah banyak rentang waktu yang ia lewati
Orang-orang yang dinamakan teman, datang dan pergi dalam hidupnya
Terkadang merupa repetisi yang sama
: mereka datang, mengatakan gadis itu cerdas, andal lalu mengandalkannya
Setelah itu, waktu akan membuktikan
Bagaimana wajah-wajah pertemanan itu
Dan landasan apa yang menopangnya
Dan landasan apa yang menopangnya
Kepentingan ataukah ketulusan
Waktu menyadarkannya akan satu hal
: ketulusan adalah seleksi alam terbaik
Tentang siapa yang akan menetap tinggal
Seiring tunainya segala kepentingan
Tentang siapa yang akan bertahan di sisi
Seiring jarak dan waktu tergelar
Waktu memahamkannya akan satu hal
Ketulusan terkadang menyisakan luka-luka
Ketika gadis itu berusaha menerima
Dan berdamai dengan dirinya
Bahwa ketulusan itu tak membutuhkan balasan
Waktu pulalah, yang mengajarkannya
Waktu pulalah, yang mengajarkannya
Cara mengenali wajah-wajah asli
Dari sekian banyak topeng orang-orang
Yang berada dalam aliran hidupnya
Dan akan berujung ke mana muara pertemanan itu
Apakah kepentingan atau ketulusan
Karena, untuk melindungi hatinya dari luka-luka
Ia kerap menyinggahi kesunyian
Sendirian
Bahkan, ketika ia berjuang untuk memenangkan masa-masa sulitnya
Di sini pulalah, ia menghadirkan batas
Sejauh mana pertemanan itu ia izinkan menyentuh hidupnya
Juga bagian mana yang harus dilindungi dari dirinya
-Vinny Erika Putri, 26.04.18